Minggu, 25 September 2011

Ketika Allah Mengutus Orang-orang Yang Mengenal Diri-Nya.


 Pekerjaan pemberitaan Injil adalah sebuah tanggung jawab yang agung, karena berhubungan langsung dengan Yang Agung. Ini adalah tanggung jawab istimewa setiap orang percaya dan panggilan utama mereka. Keistimewaannya terletak pada bagaimana Allah dengan segala kebesaran, kuasa, kapasitas dan keluarbiasaanNya itu, justru bermitra dengan “debu” untuk menyelesaikan proyek agungNya. Satu hal yang saya tangkap dari jalan yang Ia tempuh ini adalah, besarnya kerinduan Allah untuk intim dengan ciptaan-ciptaan baruNya, Ia ingin melalui kesatuan ini bumi dikembalikan pada tujuan awal masa awal penciptaan, yaitu penuh dengan orang-orang yang takut kepada Allah.
Pelaksanaan tugas ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, disesuaikan dengan konteks budaya masing-masing lingkungan (ladang). Beberapa orang melakukannya dengan cara berinteraksi dengan tetangganya, atau ada juga yang menjangkau teman kerjanya, rekan bisnisnya, ada yang menolong orang-orang miskin, anak-anak sekolah atau teman kostnya. Banyak juga yang pergi kepada saudaranya, keluarganya jauh atau dekat, atau orang tuanya, dan lain-lain. Begitu luasnya, sampai kita tidak menyadari bahwa ternyata mereka (the lost) tinggal di sekitar kita dan setiap hari berinteraksi dengan kita. Bahkan proyek penjangkauan kepada suku-suku yang terhilang dan bangsa-bangsa yang belum mengenal Injil sudah bergerak sejak jaman rasul-rasul dan sampai sekarang ini. Kuasa Injil terus bergerak meluas sampai setiap suku, kaum dan bahasa akhinya mendengar berita baik itu. Luar biasa bukan? Coba dengar dan pikirkan panggilan ini: “Siapa yang mau pergi kepada mereka untuk Aku?” demikian seruan Allah. (Yes. 6:8)

Pemahaman kita tentang dunia misi terus berkembang dan sampai sekarang kita memahami bahwa untuk “pergi kepada yang terhilang” tidak lagi harus membutuhkan biaya yang tinggi dan pengorbanan yang besar. Cukup keluar dari kehidupan kita (pintu kamar, pintu rumah, keluar halaman, dst.) dan mulai mengasihi, memahami kehidupan orang lain, dan membagi. Sebuah tindakan sederhana yang bisa kita lakukan secara alamiah. Setelah lahir baru dan mendapat tantangan dari pemimpin jemaatnya, Indra, dengan idealismenya, menyadari bahwa dia perlu untuk pergi dan membagi Injil. Dengan semangat menggebu, tiap sore dia dan seorang teman satu gereja pergi ke stadion dan mendatangi tiap-tiap orang yang sedang asyik berolahraga dan mulai menyadarkan orang tentang dosa-dosa mereka, dan menawarkan keselamatan. Ada yang menanggapi, tetapi tanggapan negatif dan tidak sedikit juga yang cuek terhadap mereka. Bahkan beberapa kali juga dia hampir dipukuli, karena dianggap mengkristenkan orang. Caramu itu baik Ndra, tapi kurang efektif!

Mengenal Secara Pribadi
Penginjilan bukan sekedar tindakan atau aksi singkat, sekalipun hal itu kadang terjadi dan berhasil. Tetapi adalah sebuah proses yang diawali dengan menginjili diri sendiri. Menaruh diri kita pada pengenalan akan Injil itu. Jika kita belum melakukan langkah awal ini, akan sulit bagi kita untuk memperkenalkan Pribadi yang bahkan kita belum kenal sebelumnya. Seorang prajurit, diawal karirnya selalu menghabiskan banyak waktu untuk berlatih perang, menguasai senjata, mengenal medan, berlatih strategi / cara melumpuhkan lawan, berlatih daya tahan dan survive ketika berada dalam keadaan tertekan, dll. Semua itu dilakukan sebagai persiapan dan strategi, ketika harus berhadapan dengan lawan yang sesungguhnya. Ketidaksiapan seorang prajurit di medan perang sangat berbahaya bagi dirinya dan juga timnya.
Membangun hubungan pribadi dengan Allah, sama artinya dengan latihan bagi seorang prajurit, sebelum pergi berperang. Ini adalah masa-masa dimana kita mulai belajar mengenal dan memahami Allah secara pribadi. Melalui saat teduh dan berdoa setiap hari, kita akan ditolong untuk mengalami damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti suara Allah akan ditajamkan hari demi hari. Bahkan Janji-janji Allah akan kita nikmati melalui proses ini. Tanpa kita sadari karakter-karakter kita mulai diubahkan, dan itu terjadi oleh kuasa Roh Kudus, bukan oleh kuasa yang lain. Kita diajar oleh Firman Allah langsung dan melihat bagaimana orang-orang kuat di jaman Perjanjian Lama dan Baru mengerjakan bagian mereka sebagai saksi Allah. Roh kita semakin kuat seiring pertumbuhan rohani kita. Ada kalanya Allah membiarkan suatu masalah terjadi, tetapi hal inipun tidak membuat orang yang mengenal Allah menjadi panik, malah meyakini bahwa pasti ada jalan keluar untuk masalah ini. Justru masalah demi masalah semakin menguatkan kebergantungannya pada Allah. Hari demi hari pengenalannya akan Allah terus ditambahkan. Hari demi hari juga dia semakin terampil bagaimana semestinya menggunakan Firman Allah.
Setelah Indra menikmati proses ini, tanpa dia sadari mulai tumbuh belas kasihan di hatinya untuk beberapa teman kuliahnya. Maka mulai banyak waktu dia gunakan untuk mendoakan Robert, Nico dan Desi. Robert dan Desi agamanya Kristen, tetapi gaya hidup mereka sangat tidak mencerminkan anak-anak Tuhan. Sementara Nico adalah orang fokus yang kebetulan memang teman dekat Indra. Indra memegang prinsip bahwa dirinya tidak boleh mendahului doanya untuk menjangkau teman-temannya ini. Setelah merasa cukup mendoakan mereka, sambil tetap terus berdoa, Indra mulai menunjukkan kasih yang lebih nyata lagi kepada mereka. Jika dulunya hanya sebatas meminjamkan catatan kuliah atau mentraktir mereka dan kebaikan-kebaikan umum lainnya, maka kini teman-temannya ini mulai dibuat heran dengan perubahan watak dan perilaku Indra. Sampai di sini, Injil belum disampaikan secara langsung, tetapi Robert, Nico dan Desi sudah merasakan Injil melalui kehidupan Indra, meskipun mereka tidak tahu bahwa Injil yang membuat semuanya itu. Semakin hari, mereka semakin merasakan secara nyata kebaikan Indra, kasih yang lain dari yang mereka pernah rasakan sebelumnya. Mereka dibuat kagum dan mulai muncul daya tarik untuk mau bisa seperti Indra. Pintu sudah dibuka, selanjutnya terserah Indra...
Tentu saja tidak semua akan berjalan seindah ini. Adakalanya sudah bertahun-tahun berdoa dan mengasihi tetangga, bukannya mereka berubah tetapi kita yang malah tertipu, hanya karena mempercayai mereka. Atau sudah banyak petobat baru, tetapi mereka sulit bertumbuh dan malah kembali lagi ke kehidupan lama. Dan banyak lagi kekecewaan dan kesedihan lain yang dialami. Di mana Engkau di saat-saat seperti ini?
Abraham tidak melihat dan mungkin juga tidak tahu bagaimana janji tentang bangsa yang besar itu digenapi. Musa dibuat pusing dengan kedegilan bangsa Israel dan akhirnya tidak diperkenankan melihat Tanah Perjanjian itu. Yesaya, Yeremia, dan banyak nabi lain tidak melihat bagaimana nubuatan-nubuatan mereka digenapi. Para Rasul, termasuk juga Paulus, tidak melihat bahwa Injil telah sampai ke tanah Jawa. Mereka hanya yakin bahwa itu akan terjadi. Orang-orang ini dan pahlawan-pahlawan iman lainnya juga telah melewati dan merasakan kesakitan, pergumulan dan tekanan hidup yang berat, penolakan, kekecewaan. Tetapi keyakinan dan iman mereka tidak mampu dimatikan dengan penderitaan seperti itu. Biarpun secara jasmani mereka akhirnya mati, namun hidup mereka (yang telah diinjili, sehingga yang tampak adalah Injil itu sendiri) tetap hidup dan terus mempengaruhi orang-orang lain lagi, sampai sekarang!
Kita harus meyakini bahwa apapun juga yang kita lakukan demi kemajuan Injil, adalah mendatangkan buah yang kekal. Mungkin kita seperti Abraham, tidak melihat buah dari pekerjaan kita, tetapi itupun bukan masalah bagi Allah. Dan bukan berarti juga bahwa pekerjaan kita tidak mendatangkan buah, karena bisa jadi orang lain yang melanjutkan pekerjaan kitalah yang menikmati buah itu, atau malah generasi berikutnya? Walahu’ alam. Tetap ada berkat bagi mereka yang bekerja. Dan kalau prosesnya berjalan demikian, bukankah kita semestinya bersyukur, karena kita dijagai dari kesombongan rohani yang justru berpotensi menghancurkan kita. Puji Tuhan bahwa Allah kita kreatif.

Sampai Ke Ujung Bumi
Dan jika ada di antara kita, yang mendapat panggilan khusus untuk menjangkau ke kota lain, suku lain, atau bangsa lain, istilahnya sampai ke ujung bumi, percayalah bahwa latihan-latihan rohani kita sangat menolong untuk mampu menjalankan Amanat Agung ini. Di ladang asing, tekanan yang kita hadapi tidak saja berat, tetapi juga aneh, unik dan ra umum. Kita bisa saja menghadapi sesuatu yang benar-benar beda, saya serius dengan hal ini! Semua itu mungkin, karena kita menghadapi lingkungan yang baru, budaya baru, gaya hidup yang baru, orang-orang yang mungkin juga beda ras dengan kita. Tetapi syukurlah bahwa latihan-latihan rohani kita sudah disetting Allah untuk mampu mengatasi perbedaan-perbedaan dan tekanan-tekanan yang seperti apapun juga. Seandainyapun tekanan yang kita hadapi terasa terlalu berat, kita tidak akan canggung atau ragu untuk berteriak lirih:”ya Abba, ya Bapa”, datang pada Allah yang seperti di Matius 11:28, dan mulai menikmati kelegaan yang diberikan Allah. Betapa indah Komandan kita itu. Bahkan ketika kita gagal (terutama untuk taat), maka kasih karuniaNya yang akan menghibur kita. Hubungan yang intim dengan Allah mulanya akan mendatangkan keuntungan bagi kita, karena Injil bekerja di dalam diri kita. Ketekunan dalam melakukan bagian ini memungkinkan kita mengetahui isi hati Allah yang sesungguhnya, dan memungkinkan kita juga untuk berkata “ya” bagi panggilanNya.

Sebagai penutup, saya mau mengingatkan bahwa seorang prajurit yang telah terlatih, tidak akan berhenti berlatih, biarpun sudah hebat dia. Tetapi dia akan terus berlatih, untuk berjaga-jaga dan supaya selalu siap seandainya serangan datang tiba-tiba.

“Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.”
Ibrani 11:39, 40



Purwodadi, 25 Maret 2007

Rudie Ariwibowo
diterbitkan di blog, baru2 saja.. haha..

Senin, 25 Januari 2010

26 Jan'10 >> 08.00

datang rombongan dari Pati, 29 orang.
makan di tempat kami, tanpa pemberitahuan dahulu.. ya udah kami layani sebisa kami, sebaik2nya. hasilnya: lauk pauk langsung habis, teh 1 jumbo habis, kurang malah.. tapi puass...
dagang kalo laris kan yg jual seneng.. hahaha...!!!

rudie ari.

muncul lagi, setelah sekian lama...

Halo...
hari ini (25/1/10), saya memutuskan untuk menulis sesuatu di blog ini..
setelah sekian lama tidak tercandak, karena terlena dengan pesbuk.. sehingga salah satu media curhat ini terlupakan.. didukung lagi dengan koneksi internet di rumah yang agak kacau..
malam ini memang belum ada mau nulis apa..
ya ndak papalah... yg penting bisa nongol dulu..

salam,

rudie ari.

Sabtu, 25 April 2009

kisah terakhir..


Sabtu, 11 April 2009

Hari ini aku diajak Mas Heru mendatangi persekutuan mahasiswa di daerah Kalasey, di rumah seorang alumni UNSRAT yang memang sering menyediakan rumahnya untuk dipakai bersekutu oleh mahasiswa sini. Rumahnya sebenarnya cukup sederhana, tapi ketika masuk, ternyata di belakang ada kolam renangnya, dan di pinggir kolam itulah kami bersekutu. Banyak juga mahasiswa yang datang, dan biasanya mereka akan beraktivitas sampai sore, karena setelah ibadah, biasa dilanjutkan dengan berenang. Sayang saya tidak membawa perlengkapan berenang saya, jadi ya ndak bisa menikmati berenangnya.

Minggu, 12 April 2009

Hari ini hujan turun seharian, kita aktivitas seharian ya di rumah saja. Mulai dari bersih-bersih rumah, main-main dengan Manda dan Tata, ngobrol2 ama Mas Heru dan Mb’ Erlis, sampai kemudian Dadang datang dan membawa daging b2 segar, yang langsung kita olah (tentunya setelah mengucap syukur), dan makanlah kita. He..he.. Mas Abu (pembimbingku yang di yk) telpon, nanyain masalah PH, jadi malu aku..:p.

Malem hari, karena mulai menghitung hari-hari terakhir, aku dilarang tidur awal, jadi Mas Heru mengajak ngobrol sampai nguantukk...

Senin, 13 April 2009

Yah hari ini santai lagi, orang-orang pada kerja, anak-anak main di rumah karena masih libur paskah. Aktivitasku ya seputar jaga anak-anak dan rumah. Ya dinikmati saja...

Selasa, 14 April 2009 – Jum’at, 17 April 2009 (dipersingkat gak popo ya..!)

Hari-hari terakhir ini banyak aku isi dengan berburu oleh2, tentunya sambil mencicipi yang belum sempat dicicip.

Ada Mie Ba’, ada Mie Cakalang, semuanya masakan khas sini, dan semuanya uuenakk!!

Jadi strateginya: Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at memang kami khususkan untuk berburu oleh-oleh (hal ini dikarenakan kesibukan teman-teman di sini, sehingga tiap hari yang efektif paling 2 jam-an).

Tapi hari Jum’atnya, kita lanjutkan dengan PA jam 11 malam sampe 1.30 dini hari... hhh..

Sabtu, 18 April 2009

Ketika sarapan pagi, kita liat acara di Trans TV tentang Manado. Trus ditunjukkan ada sosis dari B2. Karena tertarik, siangnya aku sama Dadang datang ke lokasi, tapi ternyata dia agak lupa tempatnya, jadi kami datangi 2 tempat yang kami anggap jualan produk yang dimaksud. Tapi ternyata di situpun ndak ada. Jadi karena tidak mau memaksakan diri, kami pun pulang tangan kosong. Ya.. ndak papalah..

Sore hari kita ada Rally di RTB, sama anak-anak RTB plus beberapa teman mahasiswa lainnya. Dilanjutkan dengan bakar ikan Tude’ (kalo di jawa: ikan kembung). Orang sini bakar ikan pake batok kelapa dan langsung bakar gitu aja. Enak juga ternyata. Kita makan sampe puas sampe malam, ndak baru sadar kalo aku belum ngepakin barang.

Pulang, sampe rumah langsung packing dah.. habis itu yang rencananya malam itu mau evaluasi sebulan aku di sini, tapi karena orang-orang dah pada ketiduran ya, ndak jadi.

Minggu, 19 April 2009

Pagi ini, kita bangun pukul 5. sambil saat teduh kita akhirnya melakukan evaluasi bersama. Kita share mengenai apa-apa saja yang telah dipelajari selama sebulan. Juga masukan-masukan yang perlu ditambahkan, baik secara tim atau individu. Sambil melihat jam, karena sudah hampir jam 7, dan aku belum mandi, dan masih berusaha menghabiskan sarapan nasi kuning yang pagi itu terasa banyak banget. Setelah menyelesaikan sarapan dengan model militer, akupun mandi dengan gaya serupa. Jam 7.15 kita meluncur ke bandara, dengan ditemani Dadang, Bobby dan Tinus. Jam 8 tepat kita sampai dan langsung check in. habis itu kita lanjutkan ngobrol-ngobrol sejenak, karena pesawatnya juga masih 1 jam lagi.

Dan akhirnya, pulanglah aku...

Thanks Manado, untuk keindahan, keramahan, sedapnya makananmu, dan untuk banyak hal yang telah kau tambahkan dalam hidupku. See you again..

Demikianlah, akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.

(oleh: wartawan bobo)

Jumat, 10 April 2009

lanjutan kisah...

lanjutan kisahku...


Senin, 30 Maret 2009

Lagi mau akan ditulis, sabar ya…

Ada yang menyenangkan di hari ini, karena aku dapat kesempatan tidur dan interaksi dengan anak-anak RTB, jg sempat ke warnet. Murah euy.. system voucher, jadi bisa pake fasilitas wi-fi mereka. Rencana paginya mau sa-te bersama. Jadi tidur dulu ya…

Selasa, 31 Maret 2009

Ya, pagi ini kami melakukan saat teduh bersama, tetapi peminatnya kurang banyak. Hanya Dadang, Tinus dan aq aja. Yang laen masih sibuk melanjutkan tidurnya masing-masing. Ya ndak papa, la wong namanya juga masih belajar.

Habis itu, aku ngantar dadang kerja, kami mau pinjam motornya untuk jeng-jeng. Tapi aku sempetin nengok rumah Mas Heru bentar, sapa tau ada beberapa hal yang perlu dibereskan. Dan betul, piring-piring kotor belum sempat terurus, jadi kukerjakanlah itu. Setelah selesai, aku kembali ke RTB, dan bareng Tinus, kami menjelajahi took-toko buku. Ada satu buku yang sedang aku kejar, dan sangat ngebet untuk memilikinya: “The Message”. Dah lama aku buru barang ini, sejak 2007 lalu, ketika di Semarang, Jakarta, dan kini di Manado. Dan dari 3 toko yang kami kunjungi (Gramedia, Immanuel, Karisma), tetap aja buku itu ndak menampakkan mukanya. Tapi ada 1 buku yang menarik perhatianku: The Jesus I Never Knew (Bukan Yesus yang Aku Kenal). Aku membelinya dan tentu bakal menjadi bacaanku. Setelah itu kami mampir ke MegaMall, maksudnya mau nyari SunBlock, biar aman tar kalo mo mandi di pantai atau nyelam di Bunaken. Setelah ketemu barang yang dimaksud, tanpa piker panjang langsung aku ambil, ditambah beberapa barang lainnya, dan aku bayar ke kasir. Tapi, ampun… aku ceroboh dan ndak liat-liat dulu harga barang itu, dan setelah ditotal akupun harus rela bayar mahal untuk Sunblock sekecil itu: 115rb. Hhhh… sepanjang jalan aku agak bete, tapi ketika mengingat-ingat pelajaran Sate beberapa hari sebelumnya, kalo Allah mengijinkan sesuatu terjadi, ya dalam rangka menajamkan diriku dan keyakinan ada maksud Allah dalam tiap hal yang ku alami, aku mulai bs menerima setiap maksudNya. Gak bete lagi deh..

Rabu, 1 April 2009

Setelah jeng-jeng seharian kemaren, hari ini aku disarankan istirahat aja oleh Mas Heru, mungkin maksudnya jaga rumah kali ya..? he..he..

Hari ini kuhabiskan dengan bersih-bersih dan baca buku baru yang ku beli kemaren.

Malem hari, kita ada PA di RTB, bareng Bobby, Cia dan Tinus sampai malem jam 11. baru pulang ke RTB, karena udah ngantuk, tawaran Mas Heru untuk cari minuman apa gitu, khas Manado, aku tolak dan putuskan untuk langsung pulang aja..

Kamis, 2 April 2009

Hari ini aku mendapat kesempatan putar-putar kota. Aku mendapat tanggung jawab untuk menjemput anak-anak dari sekolah dan mengantar mereka ke Eben Haezer (kantor Mb’Erlis). Karena harus menjemput satu-satu jadi saya gunakan motor Mas Heru dan menyempatkan juga untuk menikmati suasana kota, yang kebetulan lagi panas banget, he.. ada gunanya juga “barang mahal” itu. Mampir di kantor Mas Heru, kami sempatkan sarapan Tinutuan, Bubur Manado, yang di masak dengan campuran sayur-sayuran dengan aroma daun kemangi yang tajam, sedap banget. Rencana makan siang pake ikan bakar gagal, karena ketika sampai di warungnya, ikannya dah habis.. tidak apa-apa, emang manusia hidup dari ikan bakar saja, kan juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah, he..he..

Sore hari pulang, dan aktivitas berlangsung seperti biasa…

Aku mau deskripsikan sejenak tentang Manado ya..

Kota ini sebenarnya nggak terlalu luas, tidak lebih luas dari Semarang. Tapi tingkat keramaiannya tidak kalah. Lalu lintasnya cukup tertib, hal ini lebih dikarenakan gaya berlalu lintas masyarakatnya yang umumnya tertib (ndak kayak di jawa, yang seenaknya sendiri).

Karena berupa daerah pegunungan yang terletak di pesisir, maka banyak jalan naik turun yang mendominasi kota ini, jadi ada gunungnya dan ada pantainya juga, berdekatan lagi. Pusat kota ada di lokasi yang dinamakan Boulevard atau B on B (Boulevard on Business), sebuah pusat perdagangan yang ada di pinggir pantai. Banyak pertokoan, restaurant, café, hotel dan mall di sini. Jalan-jalan sore di sini juga asyik. Sayang, pantainya sedang direklamasi, jadi masih banyak yang ditutup.

(Bayangin aja kota Salatiga, trus buat lebih rame, lebih banyak mall, ruko, tambahin juga gadis-gadis cantiknya, terakhir taruh di tepi pantai, seperti itulah deskripsi sederhananya.)

Kota ini, saat ini sedang menyiapkan diri untuk pelaksanaan WOC (World Ocean Conference) bulan Mei depan, jadi banyak pembangunan fisik yang sedang dikerjakan, seperti jalan dan gedung-gedung gitulah...

Ada beberapa kampus yang ada di sini, tapi yang terkenal Unsrat (Universitas Sam Ratulangi). Beberapa teman yang sedang ditolong, mereka kuliah di sini. Kampusnya menyenangkan, karena banyak pohonnya, jadi teduh. Sepintas mirip UGM, tapi ndak seluas itu.

Gereja? Ampun deh, banyak buangetttss, hampir tiap 100m selalu ada gedung gereja, bahkan tidak jarang ada yang saling berhadapan gitu. Bangunannya canggih, bagus-bagus, kebanyakan bergaya eropa, tapi eropa sebelah mana bingung juga aku...

Masyarakatnya ramah, kenal ndak kenal, kalo ketemu saling mengucapkan salam. Menurut informasi yang kuperoleh, jarang ada kejahatan di sini, preman-preman juga ndak sebanyak kota-kota lain. Pekerjaannya mungkin kebanyakan businessman. Masalahnya banyak orang kaya di sini sih.. selain itu, tentu saja nelayan.

Keluarga Mas Heru:

Mas Heru adalah orang yang pertama kali menolongku untuk belajar mengenal Tuhan dan FirmanNya (1996). Sekarang ini dia telah dikaruniai dua orang putri cantik dari pernikahannya dengan Mbak Erlis, yaitu Manda (7 th) dan Tata (4 th). Mereka, sejak 2008 kemarin resmi tinggal di rumah tingkat yang bagus, karena terbikin dari bahan kayu, dilokasi yang nyaman, tentram, adem, di daerah dataran tinggi deket pantai. Nama daerahnya gak tau aku.. daerah Malalayang kali ya.. tetangganya juga baik-baik, ada kel. Pak Jefri, Kel. Pak Hans, dll.

Dadang adalah orang Purwodadi, yang juga sudah memutuskan menetap di sini. Sekarang dia bekerja di Klinik Mata Nusantara, Manado. Dia tinggal di RTB bersama anak-anak yang lain. Orangnya senang menolong dan suka ngomong, baik sekali dia..

Septinus (Tinus), orang Sorong, mahasiswa fak. perikanan dan ilmu kelautan Unsrat, tingkat akhir. Sedang bergiat menyelesaikan skripsinya, dan terus membangun hatinya untuk melayani mahasiswa lainnya. Orangnya baik, ringan tangan, selalu sedia jika dibutuhkan. Senang memiliki teman seperti dia.

Ada juga Apet, Bobby, Cia, Onal, Didit, Rocky, Man, Bram, Arnes. Mereka semua adalah mahasiswa Unsrat yang secara khusus digumuli oleh Tim Manado untuk ditolong mengenal Tuhan. Belum ada pekerja wanita di Tim ini.

Ada juga kelompok alumni yang biasanya ngumpul sebulan sekali: Kel. Yesayas, Kel. Ferry, Kel. Wenas, dll. itu tentang Manado dan seisinya.

Jum’at, 3 April 2009

Hari ini aku habiskan waktuku dengan Manda dan Tata, karena mereka libur. Kesepakatan yang terjadi hari ini adalah jam 11.30 Mas Heru sudah pulang dengan membawa lauk pauk untuk makan siang, tapi saya tunggu sampai hampir jam 1 siang, dia belum muncul juga. Khawatir dengan keadaan anak-anak, akhirnya aku masakin mereka indomie goreng untuk makan siang mereka. Ndak lama kemudian Mas Heru datang dengan rica waungnya, tapi kami semua dah kenyang.

Sore hari kami datang ke PA UKM Fakultas Perairan dan Ilmu Kelautan. Kami diskusi mengenai kekudusan berdasarkan kisah Yusuf. Cukup menarik, karena kita memandangnya dari sudut pria dan wanita: bagaimana bila pria menghadapi situasi yang dihadapi oleh Yusuf saat digoda oleh istri Potifar? Bagi wanita, bagaimana caranya menghilangkan image perempuan penggoda, perempuan penghibur dll, bagaimana semestinya sikap wanita terhadap lawan jenisnya?

Malam hari, jam 23.30 – 01.00 kami PA dengan Tim Inti di sini (Dadang, Tinus, Mas Heru, dan aq). Kami bicara mengenai bagaimana semestinya kami memandang sebuah perkunjungan? Baik sebagai pengunjung maupun yang dikunjungi. Ah, banyak PA kami hari ini. Dah lewat hari, tidur ah...

Sabtu, 4 April 2009

Hari ini saya dah rencana sama Dadang mau pergi ke ujung utara Sulut, di daerah Bitung. Ada semacam bonbin kecil, dimana salah satu koleksinya terdapat binatang khas Sulawesi, yaitu Tarcius. Setelah menempuh perjalanan +- 1,5 jam, diinterupsi oleh kesasar juga (karena ternyata Dadang juga belum pernah ke sini), kami akhirnya sampai juga di lokasi tujuan. Tempatnya sangat teduh dan terletak persis di pinggir pantai. Tiket masuknya murah, cuma 3.500 rp / orang.

Pertama kali melihat binatang ini, ternyata ndak segede yang aku kira. Ukurannya kecil, sekecil tupai. Binatang yang aneh, matanya besar mirip burung hantu, kepalanya bisa berputar 180o , badannya mirip monyet, ekornya mirip ekor tikus, dan gol. darahnya O, aneh kan..?

Selain itu banyak juga koleksi burung, ular, buaya, dan binatang lainnya.

Setelah puas liat-liat, aku sempatin main di dermaga yang ada di situ, sambil liat n poto-poto di kapal yang lagi parkir di situ.

Pulangnya, kami mampir di Monumen Yesus Memberkati. Patungnya besar dan tinggi buanget.. Indah.., Tuhan...

Sampai RTB kami langsung menuju ke lap basket fak. Hukum, dan maen ama anak-anak sana sampai maghrib.

Minggu, 5 April 2009

Di suatu malam, aku pernah ngobrol sama Mas Heru tentang kebutuhan dia yang mungkin bisa aku tolong untuk memenuhinya. Dan dia bagikan betapa dia rindu bisa berduaan dengan Mb Erlis, tanpa diganggu oleh anak-anak.

Deal... gayung bersambut, dan aku menyanggupi untuk hari minggu besok (hari ini) aku akan ajak Manda dan Tata main keluar, sehingga ada banyak waktu untuk Mas Heru dan Mb Erlis menikmati waktu mereka.

Hari ini, setelah menyelesaikan dan membereskan rumah, aku dan Dadang mengajak Manda dan Tata main keluar. Tujuan kami adalah Multi Mart Plaza, di mana ada arena bermain buat anak-anak. Setelah membayar tiket masuk untuk 30 menit, aku biarkan mereka main mandi bola, dkk. sepuasnya di arena itu. Sementara aku dan Dadang menunggu di kantin yang tersedia di samping arena bermain, sambil menikmati soto betawi dan kwetiau goreng. Setelah mereka puas main, aku ajak mereka makan siang dulu. Habis itu, kami menuju ke TimeZone. Maka akupun beli voucher untuk main. Jujur aku sedikit main games juga di sini, habis pengen sih.. he..

Pulang jam 15.00, dan dah teler semua...

Senin, 6 April 2009

Hari ini, aktivitas berjalan seperti biasa, cuma yang bikin bete, sejak siang sampai malam sekitar jam 20.30an, listrik mati. Jadi ya kami nyanyi-nyanyi saja di luar rumah, sambil nunggu listiknya hidup. Eh, Mbak Erlis pulang dari acara paskah di sekolahnya, bawa banyak snack, yang langsung kami serbu, dan akhirnya lsitrik hidup juga. Lalu masing-masing personel rumah mulai siap-siap tidur, mulai dari cuci kaki tangan, gosok gigi, dan mandi, bagi yang belum mandi, termasuk aku... :D

Selasa, 7 April 2009

Inilah hari yang ditunggu-tunggu: kita akan ke Bunaken. Kebetulan Dinkes Prov. Sulut sedang mengadakan kunjungan untuk anak-anak penderita gizi buruk di pulau ini. Jadi bisa nebeng transport dll.nya (termasuk snack dan makan, he..). Jam 9 kita berangkat menuju ke pelabuhan, dan menyeberang menggunakan perahu (atau kapal kecil?) dengan mesin ganda. Perjalanan sekitar 45 menit. Sampai di lokasi, kita menuju ke Puskesmas setempat, setelah mengedrop 2 karton biskuat dan poto-poto sejenak, kita langsung menuju ke pusat souvenir. Harga souvenir di sini nggak seperti di Jawa. Kalo di Jawa, souvenir yang dijual di tempat wisata biasanya lebih mahal, di sini ndak, harganya tetap murah dan bersaing dengan tempat lain. Bisa nawar lagi! Ini berlaku di lokasi wisata di seluruh Manado. Setelah membeli beberapa souvenir, acara dilanjutkan dengan minum es degan. Ditraktir langsung oleh Bu dokter, pimpronya.

Setelah itu kita muter-muter sejenak pake perahu tadi melihat-lihat pulau lain, lalu singgah di kampung nelayan, masih di Pulau Bunaken. Di sini ada 3 pasien gizi buruk yang kita kunjungi. Ya begitulah, kondisinya, ada yang kurus sekali, ada yang sampai umur hampir 4 tahun belum bisa jalan, dll. Sampai sore kami mengunjungi kampung ini. Lalu pulang kembali ke Manado, sambil menikmati sunset di tengah lautan. Sayang sekali kami ndak mengunjungi taman lautnya (yang terkenal itu), ya ndak papalah, besok kapan-kapan ke sini lagi... thanks Bunaken, untuk keindahanmu.. GBU.

Rabu, 8 April 2009

Hari ini, menjelang pemilu dan terutama paskah, beberapa sekolah dan terutama yang dari yayasan kristen sudah mulai libur, jadi Mb’ Erlis juga libur. Bisa santai aku, karena anak-anak sudah aman bersama mamaknya. Mungkin mereka akan libur selama seminggu. Aku sendiri isi kegiatan dengan baca buku dan tidur. Malam hari kita ada PA di RTB, dan sekaligus aku mau tinggal di sini sampai Jum’at. Cuma masalahnya, anak-anak RTB lgi pada nungguin siaran bola Liga Champion, jadinya ya harus rela malam ini tidur sambil menikmati kebisingan yang mereka timbulkan. Yah, namanya juga anak muda...

Kamis, 9 April 2009

Pagi hari, setelah sa-te agak kesiangan, kami semua mau main basket. Karena ini olahraga favorit anak sini. Dari mulai jam 7 kita semua maen sampai teler jam 9an. Dengan peraturan yang sama kayak dulu. Setelah pulang dan mandi aku nungguin Dadang yang mo nyontreng dulu, karena rencananya mo jeng-jeng. Habis itu ternyata hujan, jadilah kita pending dulu rencana jeng-jengnya. Setelah reda, sekitar jam 2an kita ke Mega Mall. Eh, kita ketemu ama Pak Yesayas (temen pelayanan), setelah ber bla..bla.. sejenak, kita lanjut lagi. Lalu masuk ke swalayan, eh, kita ketemu Pak Wenas sekeluarga (teman pelayanan juga), lalu ber bla..bla.. lagi. Wah, mungkin karena emang hari ini di Manado semua kantor libur, jadi banyak yang memanfaatkan untuk jeng-jeng. Ndak terasa kalo waktu dah menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat. Lalu kita nyempatin liat-liat ke pusat souvenir khas Manado, walah... harganya ampun, mahal-mahal banet, padal kita kan ndak punya banyak uang. Jadilah rencana beli yang khas sini di tunda dulu... malemnya ya kita lanjutin dengan ngobrol-ngobrol santai sama anak-anak RTB, sampai tidur..puless...

Jum’at, 10 April 2009

hari ini bete banget, males ceritanya jadinya.. kapan-kapan ya...
sorry..
o iya, selamat paskah.. :D

Senin, 30 Maret 2009

My Journal, as long as in Manado

SO, THIS IS MY TRIP TO MANADO, ALSO MY DAILY ACTIVITIES. Hee..!

CHECK IT OUT!!

Jum’at 20 Maret 2009:

Bangun pagi hari, sarapan seadanya. Dan langsung cabut ke Semarang. Sampai di bandara tepat jam 07.30. Langsung check in dan nunggu pemberangkatan.

Jam 08.30 pesawat lepas landas menuju Jakarta. Dapat roti dan air minum di pesawat. Sampai di Jakarta jam 09.30, langsung check in, jadi tidak keluar bandara. Aku nunggu di ruang tunggu, sambil baca buku, makan roti dan… Ee…ketemu pelawak Polo dan Eko DJ dari Srimulat. Ternyata mereka ya persis gitu kayak di tipi-tipi, ndeso, ndremimil sak karepe dewe pake basa jawa lagi!

Pesawat dari Jakarta ke Manado akan berangkat jam 15.30..

Sendirian…

Boring…

Capek deh…

Kebelet pipis, cari toilet susah banget, akhirnya ketemu di ruang tunggu pemberangkatan. Jam 15.00 aku masuk ke pesawat, kursiku dah diduduki ibu-ibu. Sing waras ngalah, jadi aku nempatin tempat duduk di tengah, ndak papa…

Dan pesawatpun terbanglah… Dapat roti dan air minum yang sama di pesawat. Pesawat harus transit di Balikpapan 25 menit. Dan terbang lagi… ke Manado. Dapat roti dan air minum yang sama di pesawat (it’s the third in a day, Jeez…). Akhirnya jam 20.20 waktu setempat, sampai juga di Manado. Nunggu temen yang mau jemput 30 menit, ditemani para sopir taksi yang terus memaksakan keramahan mereka. Akhirnya Tinus, cowok asal Papua, datang juga. Karena bawaan yang cukup banyak dan berat, akhirnya kami memutuskan tetap naik motor dengan style orang mudik (naek motor berdua dengan bawaan yang buanyak). 45 menit perjalanan, di interupsi 2 panggilan telpon dan 1 sms yang mesti dibuka, pegel dan capek.. akhirnya kami, dengan cukup susah payah, berhasil sampai di rumah di jl. Eklesia di sebuah gunung di tepi pantai. Maka dilanjutkan dengan perjumpaan dengan keluarga Mas Heru, ngobrol dan menikmati oleh-oleh yang sudah remuk, sampai cukup larut malam, sangat larut malam, maksudnya..

Sabtu, 21 Maret 2009:

Pagi itu bangun agak siang, dan sudah ada 2 gadis kecil yang nungguin di depan pintu. Saya coba sapa, responnya agak dingin. Belum kenal sih… akhirnya teknologi pula yang berperan mencairkan suasana ini. Thank’s tekh.. aku buka laptop dan tawarkan film kartun ke mereka dan merekapun segera melompat ke tempat tidur. He..he.. Manda dan Tata sudah teratasi.. hari itu dilanjutkan dengan aktivitas santai di rumah. Sore hari ada PA alumni di rumah Pak Yesayas, ada 10 orang yang hadir: Pak Yesayas, Pak Ferry, Pak Wenas dan istri, Mas Heru dan Mb Erlis, Dadang, Tinus, Afet, Rudie Ari. Pulang PA, aku ama Dadang mampir makan di Warung Ayam Goreng pinggir pantai, tapi pantainya nggak keliatan.

Minggu, 22 Maret 2009:

Pagi ini, setelah sa-te, aku n dadang mencoba memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami. Kami ngrambahi daun singkong milik tetangga (sudah ijin tentunya). Ditambah beberapa sayuran lain yang dapat beli di warung, kami rebus dan sarapan….Pecel!!

Dilanjutkan dengan chat as friend with dadang n mr. heru. Sampai siang, dan baru nyadar kalo belon mandi.

Sore hari kami basket di Mega Mall. Tapi aku coba liat n menikmati suasana sekitar aja. Karena lapangannya di pinggir pantai, jadi suasananya sangat menyegarkan.

Cukup menarik, aturan yang berlaku di lapangan: mereka main 3 on 3, dan tim yang menang setelah mencetak 7 poin (three point di hitung 2) akan terus menguasai lapangan melawan tim lainnya dst. Sampai petang kami baru pulang. Malemnya menikmati makanan favorit orang sini, ikan cakalang bakar. Ikan Cakalang bakar, enak sih, cuma sambelnya agak aneh dan terll asam, jadinya ya aku makan pake saus sambel botol. Mak nyusss…!

Senin, 23 Maret 2009

Aku bangun seperti biasa, dan mengerjakan “hukum taurat” yang menghibur dan menumbuhkan diriku, yaitu Saat Teduh. Dan inilah hariku sebenarnya..

Setelah semua orang pergi ke pekerjaannya masing-masing, aku mulai beraksi dengan mencuci piring dkk. Mulai bersih-bersih rumah, dst. Hari itu jadwalku untuk nyuci pakaian, tapi celaka.. aku ndak ada sabun cuci (lupa belum beli). Setelah mendapat saran untuk beli di warung sebelah, akupun pergi ke warung sebelah, dan mendapati warungnya tutup. Bapaknya lagi nganter dan jemput anaknya yang lagi sekolah.

Maka akupun pulang kembali ke rumah. Waktu berlalu dan terus sambil ngintip dari rumah ke warung sebelah (sapa tau dah buka) aku habiskan waktu nonton acara TV yang chanelnya terbatas (sctv,trans7, transtv, pacifictv, plus tvri, indosiar, tvone yang kadang2 bisa tapi buram). Jam 11 siang, setelah memastikan warung telah buka, akupun segera beli kebutuhanku itu, juga telor 5 butir. Dan menyucilah aku.

Orang-orang yang aku prediksi akan pulang jam 2an, ternyata sampai jam 3 belum pulang, jam 4 juga belum pulang dan jam 5 baru Mbak Erlis dan anak-anak sampai rumah. Wow, sebuah petualangan yang membosankan seharian itu.

Malam hari aku dan Mas Heru datang ke ibadah ultah anak tetangga, dan ada makanannya pula: mie rebus dan sup b2, mantap…

Pulang rumah, tidur deh… habis!!!

Selasa, 24 Maret 2009

Wah, hari ini aku menghabiskan hari dengan anak-anak, karena mereka ndak sekolah sementara Mas Heru dan Mb Erlis kerja. Untung saja mereka adalah anak-anak yang baik, mendapat pengajaran yang baik dan bertumbuh dalam keadaan baik, sehingga tidak ada masalah berarti. Siangnya, ada tetangga minta tolong diantar ke jalan raya, karena as roda motornya pecah, jadi harus dibawa ke bengkel. Sepulangnya dari bengkel ban motor bocor, +- 1 km sebelum rumah. Jadilah aku dorong di jalan yang naik turun, sambil berharap ada tambal ban di depan. Tapi ndak ketemu ek..

Akhirnya, masuk ke jalan ke rumah, ada tambal ban yang kutemukan. Tapi, ternyata tutup. Hhhh.. lemes deh!

Menyerah aku… dan Mas Heru yang melanjutkan “petualangan” itu.

Setelah itu, aku diajak Mas Heru mendatangi acara amal melalui makan-makan (karena ada 2 kupon) di kantor gubernur. Dilanjutkan dengan acara membosankan di kantor dinkes. Pulangnya mampir di RTB (Rumah Tinggal Bersama: semacam kontrakan yang memang ditinggali bersama oleh anak-anak yang dilayani pemuridan di sini), karena ada teman yang baru saja menghadapi ujian penelitian untuk TAnya. Dan pulang…

Rabu, 25 Maret 2009

Hari ini, aku jaga rumah lagi. Dan setelah bersih-bersih rumah, Tinus datang. Jadi dia aku minta belanja beberapa keperluan dapur, dilanjutkan dengan masak oseng bayam dan goreng tempe. Abis itu aku muter2 kota, ke bank dan sempat mampir ke kantornya Dadang di Klinik Mata Nusantara. Habis itu belanja di MM (Multi Mart), beli beberapa keperluan pribadi dan… liat-liat aja.

Pernah makan Woku-woku? Enak banget, bahannya dari ikan juga tapi beda dengan jenis Cakalang. Sedap..

Malamnya, hujan-hujan aku turun ke RTB dan tidur di sana, karena ada kebutuhan motor untuk menjemput seorang teman di bandara.

Kamis, 26 Maret 2009

Tanggal merah. Kemaren sudah janjian ama Dadang, kita mo pergi ke Bukit Kasih. Setelah menunggu kedatangannya cukup lama, akhirnya jam 11 kami berangkat ke sana. Perjalanannya menyenangkan, dengan pemandangan yang bagus banget. Sekitar 1,5 jam kemudian kami sampai di lokasi. Tempatnya panas dan ada tantangan untuk mencoba menaiki bukit ke arah salib besar. Karena sudah terlanjur sampai sana, kami pun memenuhi tantangan ini. Tentunya setelah sejenak istirahat di sebuah warong, sambil makan jagung rebus + sambel rica (jadi orang sini biasa makan jagung rebus/baker dengan mencocolnya di sambel rica gitu, aneh tapi enak juga).

Perjalanan ke atas ternyata sangat berat, mirip jalan salib gitu. Memang sudah dibuatkan jalur tangga, tetapi tetap saja berat, belum lagi panas yang menyengat. Akhirnya setelah menahan pegal di kaki, kami pun sampai si sana. Capek, pegel, ngos-ngosan, keringetan, batuk dikit, tapi puasss…

Ternyata Bukit Kasih adalah tempat demonstrasi kerukunan antar umat beragama. Ada 5 tempat ibadah (yang mewakili 5 agama di Indonesia) yang dibangun berdampingan di sini. Adeeemmm banget, rukun abisss!!

Sepulang dari Bukit Kasih, kami mampir di Tomohon, makan mie goreng kesukaan Dadang. Dan pulang dengan diiringi hujan sepanjang jalan, basah, dingin dan segarrr..

Jum’at, 27 Maret 2009

Hari ini menjadi hari istirahat buatku..

Oo..tidak!!! anak-anak libur sekolah, jadi aku harus menemani dan menjagai mereka. Jadilah ku isi hari ini dengan mencuci piring, mencuci baju dan menemani mereka main.

Malamnya ada PA Tim Inti (Mas Heru, Dadang, Tinus) plus diriku. Jam 10 malam, kami diskusi mengenai tokoh Yusuf, Yerobeam, dll sampai jam 12 malem, KO dah torang samua..

Sabtu, 28 Maret 2009

Hari ini akan menjadi hari yang cuapek buangett… Tinus, Bram dan Man datang membantu memangkas rumput di halaman rumah yang emang sudah tinggi. Mereka adalah mahasiswa asal Sorong Papua yang sedang dilayani di sini. Bram orangnya cukup unik, karena orang Papua asli yang berkulit putih, alias albino. Ya, dia ndak punya pigmen hitam, jadi seluruh kulit dan rambutnya putih semua, malah mirip bule sepintas.

Bagianku masak dan mencuci piring yang… ya ampuuun.. buanyak banget. Belum lagi tanggung jawab mengurusi makan siang anak-anak. Hhhh!!!!

Malam hari, Dadang ajak aq ke resepsi pernikahan temennya, di Gedung St. Joseph. Model resepsinya mirip gaya barat. Tapi pas acara makan… ampun kacau lagi. Karena ternyata emang cara orang sini berebut gitu. Aku hampir kehilangan selera makan, gara-gara mesti berebut. Tapi setelah menunggu beberapa saat, dan dapat piring, aku mulai bisa mengambil dengan nyaman. Ada beberapa jenis masakan, mulai dari lokal sampai internasional euy.. pulangnya kami dah teler semua. Sempat mampir di RTB karena Dadang mesti ganti baju. Sampai di rumah jam 11 malem. Capek deh.. dan tidur, puleessss…!!!

Minggu, 29 Maret 2009

Bangun agak siang, sa-te, dilanjutkan dengan menunggu… masakan b2 kecap untuk sarapan. Jam 10 baru kita bisa sarapan. Setelah sarapan, sebuah pekerjaan telah menunggu: menggergaji kayu manado, karena mau dipakai untuk membuat kamar mandi. Cukup keras, tapi agak mending karena ndak terlalu tebal. Butuh 3 jam bagi kami untuk membelahnya jadi 3, dengan usaha keras, ditambah istirahat beberapa saat + nyanyi-nyanyi dikit.

Setelah selesai, kami tiduran. Dan jam 4 turun ke pantai untuk ngadem. Ditemani minuman segar dan pisang goreng sambel rica, aq n dadang sharing banyak hal..

Pulangnya mampir ke RTB dulu, eh dadang malah meriang. Ya dah, pulang ke rumah diantar Tinus.

Senin, 30 Maret 2009

Lagi mau akan ditulis, sabar ya…